"Aku bawa payung kok, bentar". Sarah buru-buru merogoh kedalam tasnya, mengeluarkan payung abu dan membukanya sigap. "Yuk"
"Jadi, kita mau payungan berdua? Huahahaha", Adam tertawa, kemudian menyambar payung tersebut dari tangan Sarah, "Gue aja yang pegang ya,pendek".
"Pendek,pendek! Enak aja!", Sarah pura-pura marah, tapi karena Adam tidak menggubrisnya lagi, akhirnya ia menurut dan mengikuti Adam setelah menonjok ringan bahunya. "Dasar, Adam sok gentle"
***
Deru kendaraan berbalapan dengan rinai hujan. Tidak ada yang banyak bicara. Kedua sibuk menghindari genangan air, dan tenggelam dalam bisu masing-masing.
"Dam, Sorry ya", tukas Sarah sambil menunduk. Langit mulai gelap sehingga wajahnya jadi temaram.
"Buat?"
"Kalau tadi kita langsung pulang, pasti masih ada kendaraan umum jadi kita gak perlu jalan gini"
Adam mengeha napas singkat. Alih-alih menjawab, Adam justru menurunkan payungnya dan melipatnya kembali. Sarah memandangnya dengan bingung. "Kena--"
"Ujan-ujanan aja,yuk?", Adam mengacak-acak rambutnya sendiri yang mulai basah dan mengabaikan kebingungan Sarah. Sarah masih tertegun, seketika sadar dan tertawa geli, "Bilang aja tangan kamu udah pegel pegang payungnya". Adam menyengih, tapi kemudian tidak ada yang melawan. Keduanya sama-sama menikmati hujan.
Entah sudah seberapa jauh. Bangunan tempat mereka bermula sudah menciut. Tinggal lampu-lampunya yang berkelip diantara pekat. Tetiba, Adam menyenggol bahu Sarah sehingga ia kehilangan keseimbangan sejenak, "apaan sih,Dam!", protes Sarah.
"Huahaha, gapapa. Gue cuma mau pastiin lo gak jalan sambil tidur aja"
"Jayus", omel Sarah, ia memperlebar ayun kakinya hingga beberapa langkah lebih dulu dari Adam.
Adam tidak berusaha menyusul .Ia tetap berjalan santai sembari memejam mata dan mengadah, menikmati rinai hujan yang menyentuh pelipisnya dan meluncur sempurna mengikuti lekuk dagu.
Diantara bising dan derai, Adam bersenandung.
"Jangan kumur-kumur pake air hujan, Dam", pungkas Sarah tanpa menoleh. Bahunya bergidik karena menahan tawa.
"Sialan lo. Suara gue bagus tau! Udah diem aja deh, dengerin gue nyanyi"
"Oh, Adam lagi nyanyi?", goda Sarah lagi. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Adam yang sedang mengambil ancang-ancang untuk memukulnya dengan gagang payung. "Weit. Santai aja dong! Hahaha"
Tawa mereka membuncah lagi. Sarah kembali mengambil posisi disamping Adam, yang kemudian melanjutkan senandungnya.
***
Entah sudah seberapa jauh. Bangunan tempat mereka bermula sudah menciut. Tinggal lampu-lampunya yang berkelip diantara pekat. Tetiba, Adam menyenggol bahu Sarah sehingga ia kehilangan keseimbangan sejenak, "apaan sih,Dam!", protes Sarah.
"Huahaha, gapapa. Gue cuma mau pastiin lo gak jalan sambil tidur aja"
"Jayus", omel Sarah, ia memperlebar ayun kakinya hingga beberapa langkah lebih dulu dari Adam.
Adam tidak berusaha menyusul .Ia tetap berjalan santai sembari memejam mata dan mengadah, menikmati rinai hujan yang menyentuh pelipisnya dan meluncur sempurna mengikuti lekuk dagu.
Diantara bising dan derai, Adam bersenandung.
"Jangan kumur-kumur pake air hujan, Dam", pungkas Sarah tanpa menoleh. Bahunya bergidik karena menahan tawa.
"Sialan lo. Suara gue bagus tau! Udah diem aja deh, dengerin gue nyanyi"
"Oh, Adam lagi nyanyi?", goda Sarah lagi. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati Adam yang sedang mengambil ancang-ancang untuk memukulnya dengan gagang payung. "Weit. Santai aja dong! Hahaha"
Tawa mereka membuncah lagi. Sarah kembali mengambil posisi disamping Adam, yang kemudian melanjutkan senandungnya.
Never gonna stop 'til the clock stops ticking
Never gonna quit 'til my legs stop kicking
I will follow you 'til we'll both go missing
"Lagu apa sih, Dam?"
No I'm never giving up 'til my heart stops beating
Never letting go 'til my lungs stop breathing
I will follow you 'til we'll both go missing
"Dam"
No, I and we don't even know where we're going
But I'm walking with you and I'm glowing
"Jangan jalan sambil merem, Dam.."
"Eh, iya iya", Adam tersadar, mebuka matanya dan terkekeh sendiri.
"Lagu apa sih tadi,tuh?", tanya Sarah lagi, kini ia menoleh pada Adam dan menunggu jawaban dan riak wajahnya. Adam terperenyak, tapi sedetik kemudian langsung tertawa, menghasilkan gema di terowongan dari jembatan layang yang mereka lewati.
"Tadi?", Adam menatap lagi wajah penasaran Sarah, kemudian berbisik, "Bukan apa-apa,Sar"
Karena yang kamu perlukan cuma medengar hujan dengan lebih seksama.
Merayakan hujan-hujanan pertama di Bulan November,
di bawah langit mendung, dilatar nada.