Hai,Langit.
Sudah lama sekali tidak bicara denganmu.
Bagaimana kabarmu? Semakin hari semakin muram,ya?
Hahaha. Maaf Langit. Bulan Desember ini sepertinya aku menang darimu.
Aku tidak kalah dengan hujanmu lagi.
Aku sudah bisa mengadah,
menghadapi rinaimu,
menantang awan abumu.
Aku sudah tahu dibaliknya masih ada yang biru. Masih ada yang cerah. Masih ada lapisanmu yang tenang, yang tak terpengaruh sama sekali dengan hujan.
Dan disanalah kini aku berdiri sebagai pemenang.
Sampai akhirnya aku sadar....
Langit sedang mengolok-olokku.
Hahaha. Sialan kau, Langit. Desember ternyata membawa orang lain masuk, lalu menarik-narik aku supaya jatuh . Apa kau yang menyuruhnya? Karena...ayolah. Hanya kau yang tahu aku pernah mengucap tak mau jatuh lagi. Dan kau pula yang paham bahwa aku ini sebenarnya
pembohong besar.
====
Pintu terketuk, lalu terbuka.
Sosoknya kemudian duduk
mengisi kursi kosong di sudut meja
Ia berbicara, tertawa, bercerita
menyesap habis kopinya tanpa komentar
padahal sudah dingin dan ampasnya hilang
Lalu bertanya, "mau segelas lagi?"
Tampilkan postingan dengan label Teruntuk Langit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teruntuk Langit. Tampilkan semua postingan
1 Jan 2015
5 Okt 2014
Berhenti
Langit, berhentilah untuk tampak indah
Aku terlalu banyak mengadah
Hingga terlupa pijak mana yang nyata tanah
Langit, aku di lubang sialan ini lagi
Ulurkan tanganmu dan bantu aku berdiri!
Oh, tidak tidak.
Berikan pipimu dahulu agar aku bisa menamparmu!
Aku ingin melihatmu merah semu
Ayolah, Langit.
Aku tidak mau jatuh cinta lagi.
Aku terlalu banyak mengadah
Hingga terlupa pijak mana yang nyata tanah
Langit, aku di lubang sialan ini lagi
Ulurkan tanganmu dan bantu aku berdiri!
Oh, tidak tidak.
Berikan pipimu dahulu agar aku bisa menamparmu!
Aku ingin melihatmu merah semu
Ayolah, Langit.
Aku tidak mau jatuh cinta lagi.
10 Mei 2014
Memanggil
Langit,
Bisakah kau buka pintunya?
Aku lelah.
Langit,
Cepat raih aku di ambangmu
Aku jatuh.
Langit,
Jangan palingkan wajahmu
Kenapa kamu mengabu?
Bisakah kau buka pintunya?
Aku lelah.
Langit,
Cepat raih aku di ambangmu
Aku jatuh.
Langit,
Jangan palingkan wajahmu
Kenapa kamu mengabu?
7 Mar 2014
Runtuh
Langit, aku mau mengatakan ini dengan cepat saja.
Tolong,Langit.
Berhentilah jadi seperti gadis cengeng
Kau tahu, bukan kamu saja yang mau menangis. Ada banyak pasang mata yang setengah mati untuk menahannya. Alih-alih, kau suka tumpahkan air matamu begitu saja di ubun-ubun mereka. Seolah berkata, Lihat, aku tidak punya hal-hal yang perlu aku khawatirkan jika menangis seperti kalian.
Beberapa suka mengutukimu karena tidak tahan dengannya. Tembok yang mereka buat untuk menahan, runtuh ketika rinaimu datang.
23 Feb 2014
Mengundurkan Diri
Langit, maafkan aku karena aku sudah berbohong.
Entahlah. Kau tahu semua manusia punya batasannya sendiri. Iya iya. Aku tahu ; Keterbatasan ada untuk dilampaui.
Tapi tidak untuk yang satu ini.
Biarkan aku berhenti karena tidak selamanya kaki mampu berlari. Aku mau jatuh sekali-kali. Biar ingat kalau selama ini aku masih berada di tanah. Tidak pernah terbang atau berpindah kemana-mana.
Jadi, jangan marah jika aku sudah tidak lagi jadi bayangnya.
Aku mau jadi 'sosok' di mata yang lain juga.
Entahlah. Kau tahu semua manusia punya batasannya sendiri. Iya iya. Aku tahu ; Keterbatasan ada untuk dilampaui.
Tapi tidak untuk yang satu ini.
Biarkan aku berhenti karena tidak selamanya kaki mampu berlari. Aku mau jatuh sekali-kali. Biar ingat kalau selama ini aku masih berada di tanah. Tidak pernah terbang atau berpindah kemana-mana.
Jadi, jangan marah jika aku sudah tidak lagi jadi bayangnya.
Aku mau jadi 'sosok' di mata yang lain juga.
Langganan:
Postingan (Atom)