7 Mar 2013

Bayang Diam-Diam

Diam-diam. 

Itu yang selalu Faya lakukan. Diam-diam dalam diam, diam-diam memperhatikan. Terus seperti itu setiap harinya di sekolah. Ia akan mencemaskan bangku kedua di baris pojok yang kosong ketika bel telah berbunyi, kemudian menghela napas sendiri ketika pintu terbuka dengan kasar dan sosok yang di nantinya muncul dengan beberapa peluh di dahi.

Sosok yang utama yang menjadikannya bayang. Dengan rambut hitam legam yang selalu berantakan karena belum di sisir tiap pagi, kemeja yang kusut karena berdesak-desakan di bus ketika berangkat sekolah, dan tas kumal yang sepertinya tidak pernah membawa apa-apa. Entahlah. Sosok yang menjadikan Faya hanya bayang itu benar-benar menghabisi dunianya.

Faya tidak pernah banyak bicara pada 'tuannya'. Hanya kata seperlunya, dan senyum canggung tiap tak sengaja tertangkap matanya. Faya terlalu menikmati perannya sebagai bayang. 

Hanya diam.
Sebagai bayang dalam diam.

Apa Faya bosan ? Memang melelahkan terkadang. Siapa yang tidak lelah mengikuti terus-terusan ? Apalagi sambil diam-diam. Tapi..kadang juga menyenangkan.

Menyenangkan rasanya dapat memperhatikan sosoknya yang terkantuk-kantuk saat pelajaran.
Atau ketika ia sedang terlalu semangat, kemudian banyak bertanya hingga guru yang justru bosan. 
Sekedar bisa mengintip buku catatan yang ia gambarpun rasanya membanggakan.

Ah, Faya tahu semua ia bodoh. Jadi bayang diam yang salalu diam-diam.

Faya juga sakit diam-diam. Bagaimana tidak ? Sosok yang diperhatikan terkadang sedang memperhatikan bangku lain, ke arah lain. 

Namun seperti yang sudah dikatakan berulang-ulang. Faya bayang diam yang diam-diam.
Ia juga meringis dalam diam. Dan senyumnya tetap membayang. :)

Tidak ada komentar: