20 Nov 2013

[Cerpen] Masalah Sepele

   "Dasar lo, sok tegar!", canda Sonya sembari menyikut Ita. Ita tertawa sejenak, "Emang gue tegar! Lo tuh yang lemah! Hahaha"

Langit sedang bersiap melipat diri. Lingkungan sekolah juga sudah mulai sepi. Hanya beberapa orang yang tampak berlalu-lalang di koridor, membuat hanya tawa keduanya yang sanggup melayap di sela-sela pilar terbawa angin sore. 
  
  "Ita. Sungguh. Gue nanya beneran sekarang", tetiba Sonya meremas bahu Ita dan memutarnya hingga Ita menghadap tepat di depan Sonya. "Lo masih gak apa-apa, setelah lo lihat dengan mata lo sendiri?"

Ada hening sejenak karena Ita tidak langsung menjawab. Di tatapnya lekat-lekat pasang mata Sonya seakan mencari jawaban. "Ta? Lo ngerti kan, gue nanya apa?", Sonya memastikan lagi, sekaligus menyimak baik-baik akan suara rubuh dari dalam Ita yang ia yakini sebenarnya ada. 

Tapi Ita tetaplah Ita.

  "Gak apa-apa, Nya. Perasaan gue udah biasa aja kok", Ita tersenyum kecil, "Masalah sepele, Nya. Gak usah khawatir sampe segitunya, kali"
  "Bener? Lo gak cemburu atau apa, gitu?"
  "Kenapa gue harus cemburu? Emang gue ibunya apa? Hahaha", Ita tertawa sendiri hingga bahunya berguncang ringan. Entah memang bermaksud mengolok Sonya atau mengolok dirinya sendiri.
   "Gak lucu, Ta. Gue serius". Sonya meremas bahunya lebih kuat. Tapi Ita bergeming.
   "Gue gak apa-apa, Nya. Serius deh. Gue udah berkali-kali denger berita kayak gitu dari mulut ke mulut. Jadi, ya gue gak kaget lagi pas ngeliat dengan mata gue sendiri"
   "Bener?", Sonya terus menyedutnya
   "Bener. Ini  masalah sepele doang kok, Nya. Gak usah sok khawatir gitu deh! Alay!"
   "Ah, sepik aja lo! Awas ya, kalo gue lihat lo lagi nge-galau!", ancam Sonya yang kemudian terkekeh. Ia menurunkan lengannya dan kembali memandang sore.
   "Yuk ah, balik"
   "Tumben minta balik. Biasanya perlu diseret dulu supaya pulang ke rumah", goda Sonya, kemudian segera menyampirkan tas ranselnya. 

Ita mengikutinya dari belakang, dan tanpa sengaja pandangnya berserobok dengan koridor atas.Siluet Iki dan Dian masih berada disana. 

Mengobrol. 
Tertawa. 
Dan bersentuh bahu. 

Ita mengerjap matanya dan siluet itu hilang. Ada sesuatu yang menggelitiki dinding hatinya. Berusaha mengejek. 

Betapa hari itu waktu sudah mempermainkannya dan ia kalah telak. Betapa waktu senang sekali menyeretnya kemana-mana, hingga akhirnya terhenti di momen yang ia kutuki sendiri. Iki dan Dian. 

Mengobrol.
Tertawa. 
Dan bersentuh bahu. 
Hanya berdua.

Tapi Ita mendegil dan menyengih, mengingat kata-kata naif yang baru saja meluncur dari mulut besarnya. "Masalah sepele?Hah"

Ia berbalik, dan mengacungkan jari tengah kepada dua siluet yang berusaha membolongi tempurung belakangnya.

Tidak ada komentar: