Tampilkan postingan dengan label Poems. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Poems. Tampilkan semua postingan

2 Nov 2015

?

Ada banyak sekali pertanyaanku yang tidak mampu kau jawab. Padahal pertanyaanku tidak lebih filosofis dari pertanyaanmu. Jadi, beberapa kutelan lagi, sisanya aku gantung di langit-langit kamar dan di figura tempat fotomu seharusnya berada. Hanya agar aku ingat untuk tidak pernah bertanya banyak-banyak. 

Namun terkadang, berlapang hati tidak semulia itu. 


Replay

Mau segelas lagi?


Setengah gelasmu terisi kopi
Uapnya mengepul namun tak kunjung kau sentuh
Bergeming kau ditempatmu
Aku bertanya tapi yang kau lakukan malah melihat pintu

Setengah gelasmu terisi kopi
Permukaannya berdetak 
Entah apa yang kau lihat
Kau dorong kursimu hendak berdiri
Aku tidak mengerti tapi yang kau lakukan malah menuju pintu

Terimakasih, katamu
Suara apa itu
Sudah lama tak kudengar suara pintu ditutup.

Kini gelasmu penuh
Setengahnya kopi dinginmu
Setengahnya air mataku.


Tidak kutemukan kau di antara rak buku
Atau dirimu di dalam cerita 
Tidak kudapati kau menunggu di stasiun manapun
Karena Zona abu tidak ada
Semesta berkata tidak.

17 Mar 2014

Kisah

Ia pinta seseorang bacakan cerita. 

Padahal sesuatu di dalam menggerogotinya
Menariknya.
Mendorongnya. 

Karena kebisingan justru menenangkan.
Teriakan.
Seruan.
Panggilan.

Seperti pelampung yang selalu membawanya ke atas. 
Ke udara,
Ke biru,
Kesadaran.

Ia pinta seseorang bacakan cerita,
Ia harap seseorang menyelamatkannya. 



23 Feb 2014

Mengundurkan Diri

Langit, maafkan aku karena aku sudah berbohong.

Entahlah. Kau tahu semua manusia punya batasannya sendiri. Iya iya. Aku tahu ; Keterbatasan ada untuk dilampaui.

Tapi tidak untuk yang satu ini.

Biarkan aku berhenti karena tidak selamanya kaki mampu berlari. Aku mau jatuh sekali-kali. Biar ingat kalau selama ini aku masih berada di tanah. Tidak pernah terbang atau berpindah kemana-mana.

Jadi, jangan marah jika aku sudah tidak lagi jadi bayangnya.

Aku mau jadi 'sosok' di mata yang lain juga.




3 Nov 2013

Tik Tok

Tik Tok Tik Tok

Aku kehilangan waktu. Jarum berdetik, berputar. Aku kehabisan.

Tik Tok Tik Tok.

Aku kehilangan waktu. Sebagian rasa terenggut. Aku memaku.

Tik Tok Tik Tok

Aku kehilangan waktu. Bayang menelan pelan. Aku memejam.

Tik Tok Tik Tok.

Aku kehilangan waktu. Tidak bangkit mengejar. Aku tersadar.

Kamu membuntutinya kemudian berlalu.
Aku sudah kehilangan waktu. Sekaligus kamu.



8 Okt 2013

Satu Hari Banyak Tapi

Aku melihatmu pagi tadi. Wajahmu merengut. Tas ranselmu tampak berat, dan tanganmu kerepotan membawa buku. Jika saja aku tidak pengecut, aku akan berlari menuruni tangga dan menawarkan bantuan untuk membawakannya ke kelasmu.

Tapi aku bisu.

Aku melihatmu lagi saat jam pelajaran. Kamu melintasi bingkai jendela kelas sambil terburu-buru, sendirian. Jika saja tidak ada guru, aku akan menghambur dari kelas dan menemanimu, kemanapun kamu hendak pergi. 

Tapi aku terpaku.

Aku melihatmu lagi saat jam istirahat. Kamu berjalan menuju kantin bersama teman-temanmu, sambil tertawa. Aku senang bisa melihat tawamu. Matamu menyipit, tampak lucu. Jika saja aku ada di dekatmu, aku akan beritahu semua lelucon hanya agar kau tertawa.

Tapi aku jauh.

Aku melihatmu lagi saat pulang sekolah. Kamu keluar dari kelasmu, berjalan di koridor dengan wajah sumringah. 

Tas beratmu bukan lagi masalah.
Buku-bukumu perpindah tangan
Kamu melangkah beriringan,
dengan seseorang disamping bahu.
Yang terlalu dekat jaraknya hingga ia pasti bisa dengar tawamu

Jika saja aku bukan hanya pengagummu. Aku pasti sudah cemburu. 

Tapi aku tidak mampu.

3 Okt 2013

Pijak

Aku tidak tahu jika kamu begitu bodoh.
Untuk berpijak pada tanah saja kau tak bisa.

Payah.

Bagaimana kamu berani janji menunjukiku rasi,
jika tentukan mana pijakan saja tak mampu?

Berdirilah saja dulu!
Belajarlah bagaimana cara menggunakan kedua kakimu!


23 Sep 2013

Meledak

Tanda tanya meledak.
Bunyinya memantul bergema
Terhirup bersama napasmu
Yang terhenti sebelum telinga

Tanda tanya meledak
Memecah kaca menghujam serpih
Kemudian mata bicara lagi;
Yang kilau ternyata bisa melukai

Ah. Siapa peduli.
Kamu kan, tetap tuli.


4 Jun 2013

Detak

Permukaan kopi berdetak
Tanda kamu mendekat ?
Atau tanda ia siap jadi ledak ?

Permukaan kopiku berdetak
Kamu lihat ?
Berarti penantian ini bisa aku sebut layak

Permukaan kopiku berdetak
Semoga lebih cepat
Karena senja hendak tutup diri
Malu melihat aku terbodohi

7 Mei 2013

Senang

Aku tidak jadi mundur. Tapi tidak juga akan bergerak maju. Diam saja. Menikmati semuanya yang sekarang aku punya.

Aku tidak mundur kemudian menjauhi. Jadi naif kembali dan berpura-pura tak pernah ada apa-apa.
Tapi tidak juga akan maju kemudian mengatakan. Cukup diam dan biar tak ada tanda tanya yang diberikan.

Jadi, tolong mengertilah.
Tetaplah berada ditempatmu dan jangan hindari aku. 
Aku janji tidak akan ganggumu lagi. 
Aku diam.

Karena aku senang jadi bayang :)


17 Apr 2013

Salah Kamu

Seharusnya kamu buat tanda
Agar aku tidak perlu singgah
Atau setidaknya tak perlu berlama-lama
Duduk dalam hatimu, menunggu kamu temukan aku.

Aku melumut dalam debu.
Kemudian tenggelam sendiri dalam doa-doa yang kini beku
Kelelahan. 
Jutaaan harapan, kini jadi ratapan

Aku mati suri dalam hatimu sendiri.
Salah siapa ?
Kamu, siapa lagi.


12 Apr 2013

Kopi Senja

Kamu datang bersama pagi dan meninggalkan kopi yang mendingin. 
Aku harap pintu segera terbanting saja, menandakan kamu tak akan kembali datang. 
Jadi aku bisa sesap kopi ini sendiri,
Tanpa menanti dan tak perlu bertanya,
Mana senja-ku yang akan bukakan pintunya.

5 Apr 2013

Klise

Ini klise. Semua tulisanku lagi-lagi tentang kamu. Entahlah, aku benar-benar menduniakanmu. Yang padahal, kamu selalu menanggap kita bukan berada di dunia yang sama. Bagaimana  bisa ? Aku selalu buta arah.

Tak apa, (anggap saja) aku sudah mulai terbiasa. Jadi remang kosong yang mungkin tidak pernah kamu jamah. Mempermainkan hati sendiri dengan kamu bersamanya. Dan hanya bisa bersepi beku karena... yah, aku punya hak apa ?

Mereka bilang ini itu. Tentang berhenti dan kamu yang bukan padaku. Terus begitu hingga rasanya aku tuli dan mati rasa. Percaya yang mana, aku tidak menjawabnya.

Aku bisa saja berhenti.
Mungkin saja. 
Alasannya lebih berat daripada tetang tinggal.

Tapi yah, ini klise. Aku sudah katakan. 
Semua tulisanku, lagi-lagi tentang bayang yang enggan meninggalkan. 

..
Benarkah ?


28 Mar 2013

Terkadang.

Karena terkadang, percakapan sederhana kita selalu aku simpan diam-diam. Dan beberapa kalimatmu begitu memenjarakan dan membungkam.
Karena terkadang, aku kalah kata atas bahagia yang kamu ciptakan. Kemudian menenggelamkan aku tanpa tahu mana dasar.
Yah, sampai sekarangpun..aku tidak juga dapat bicara atau menemukan dasar.
Diam. Dan melihatmu tersenyum di permukaan.

7 Mar 2013

Bayang Diam-Diam

Diam-diam. 

Itu yang selalu Faya lakukan. Diam-diam dalam diam, diam-diam memperhatikan. Terus seperti itu setiap harinya di sekolah. Ia akan mencemaskan bangku kedua di baris pojok yang kosong ketika bel telah berbunyi, kemudian menghela napas sendiri ketika pintu terbuka dengan kasar dan sosok yang di nantinya muncul dengan beberapa peluh di dahi.

Sosok yang utama yang menjadikannya bayang. Dengan rambut hitam legam yang selalu berantakan karena belum di sisir tiap pagi, kemeja yang kusut karena berdesak-desakan di bus ketika berangkat sekolah, dan tas kumal yang sepertinya tidak pernah membawa apa-apa. Entahlah. Sosok yang menjadikan Faya hanya bayang itu benar-benar menghabisi dunianya.

Faya tidak pernah banyak bicara pada 'tuannya'. Hanya kata seperlunya, dan senyum canggung tiap tak sengaja tertangkap matanya. Faya terlalu menikmati perannya sebagai bayang. 

Hanya diam.
Sebagai bayang dalam diam.

Apa Faya bosan ? Memang melelahkan terkadang. Siapa yang tidak lelah mengikuti terus-terusan ? Apalagi sambil diam-diam. Tapi..kadang juga menyenangkan.

Menyenangkan rasanya dapat memperhatikan sosoknya yang terkantuk-kantuk saat pelajaran.
Atau ketika ia sedang terlalu semangat, kemudian banyak bertanya hingga guru yang justru bosan. 
Sekedar bisa mengintip buku catatan yang ia gambarpun rasanya membanggakan.

Ah, Faya tahu semua ia bodoh. Jadi bayang diam yang salalu diam-diam.

Faya juga sakit diam-diam. Bagaimana tidak ? Sosok yang diperhatikan terkadang sedang memperhatikan bangku lain, ke arah lain. 

Namun seperti yang sudah dikatakan berulang-ulang. Faya bayang diam yang diam-diam.
Ia juga meringis dalam diam. Dan senyumnya tetap membayang. :)

3 Mar 2013

Topeng Dua Sisi

Aku tidak tahu kenapa aku bisa semuka dua ini. Setiap hari, rasanya semakin mudah mengganti topeng. Membolak-balik sisinya tiap kesempatan. Ini itu. Aku tinggal pilih saja. Topengnya dua sisi ini sudah hampir koyak karena sering digunakan. Khususnya saat bersama kamu.

Ya, lagi lagi kamu.

Sisi yang ini akan aku biarkan seharian. Biar saja. Aku senang dapat membuatmu senang. Itu hukumnya dan rasanya aku dibatasi dalam pilihan. Sisi ini akan selalu terpapang dan masa bodoh dengan nama-nama yang selalu kamu sebutkan. Sisi ini akan melengkungkan bibirnya. Sesekali bahkan tertawa kecil. Yang palsu yang nyata, tak akan ada bedanya. Aku senang dapat membuatmu senang. Itu hukumnya dan aku tahu itu sudah cukup.

Sisi satunya lagi ? Akan hanya ada ketika mengabu. Ketika aku duduk di salah satu dari dua bangku dengan kopi yang dingin. Aku akan setia disana menghadap pintu. 

Menunggu dengan bisu ? Tidak. Aku sedang menyimak langkah sepatumu yang semakin samar menyemu. Kamu berjalan memunggungi aku dan kopi dinginmu.

Jadi apa yang aku tunggu ?

Aku harap, tiba tiba kamu berbalik arah kemudian berlari ke arahku secara tiba-tiba sebelum aku menyadari langkahnya. Kau dobrak pintu bodoh itu dan mengambil duduk di kursi hadapanku. 

Meraih topengku yang koyak.
Melipatnya menjadi origami.
Dan tersenyum,
 "Aku sudah melihat kamu sekarang. Kamu bukan topeng berbayang"

Kemudian kita menikmati kopi yang dingin ini. 

6 Feb 2013

Pada Pihakmu Saja

Kenapa rasanya bodoh sekali ya ? Aku tersenyum lalu meremuk. Entah karena apa. Aku seperti sedang melipat hati menjadi burung origami. Kamu tahu caranya membuat burung origami ?

Tiap kamu mengucapnya, aku tahu sesuatu sedang rubuh di dalam. Ia luluh terlantahkan. Entahlah bagian yang mana. Namun aku bisa dengar berdebamnya.  Sesuatu juga ada yang terbakar dan mengabu. Kupikir kamu juga menciumnya. Ternyata asap hanya membumbung padaku dan memekat kelabu. 

Ah, entahlah. Sudah kubilang rasanya ini bodoh sekali.

Apa memang aku yang terbiasa, tersenyum selagi meremuk meredam ?
Jika iya, semua ini pada akhirnya salah pada pihakmu saja.


11 Jan 2013

Yang Mana ?

Apa kita masih di langit yang sama ?

Karena terkadang, mendungku adalah mentarimu. 
Atau mungkin sebaliknya. 
Ah, benar kan ? 

Kita mungkin memang berada di langit yang berbeda..

Bintang kita yang mana ? 
Apa kamu masih ingat ? 
Aku tidak. 
Ia semakin redup diantara Sang Pekat. 
Ia menua. 

Apa kita juga ?

16 Des 2012

Barangkali

Kadang kamu perlu berkaca sebentar
Meninjunya dengan kenangan hingga pecah
Retak dan remuk
Lalu hambur di tanah

Kamudian terobos pintu pintu
Peluk derai hujan sesukamu
Masa bodoh dengan luka
Kini ia sudah jadi sejarah

Tetaplah dalam hujan
Biar ia basahi wajah
Kemudian mendinginkan hati
Rentangkan tanganmu untuk menanti orang baru
Sebentar lagi datang,
barangkali...