28 Jan 2014

Kamu Suka Hujan?



Aku tidak suka hujan.

Hujan awal tahun ini menyebalkan sekali, kau tahu. Dia seperti terus-terusan mengejekku ; Lihat siapa yang kita gedor-gedor kepalanya! Dia bodoh sekali ternyata.

Aku tidak lagi menyukai hujan karena dia berisik. Aku tidak bisa apa-apa selain bergelung dalam selimut yang kucipta sendiri. Dan didalam sanalah aku menutup telinga, menolak untuk membuka pintu pada hujan.

Sedangkan kepalaku mati.

Beku.

Dingin.

Dan menjauhkan imaji.

Imaji membenciku karena hujan mengomporinya, kau tahu. Imaji kalah dengan kenangan yang hujan tunjukan. Berkali-kali ia memunggungiku dan tidak mau bicara. Ia tahu kenangan sudah berkuasa. Semua salah siapa? Tentu saja karena hujan, sayang. Betapa ternyata diantara rinainya ia licik dan tidak mau berhenti bicara. Merongrong agar jemari hanya menulis tentang kenangan sampai aku tenggelam.

Hingga akhirnya, bukan lagi kepalaku yang mati.

Tapi juga imaji.


Lihat saja bagaimana aku meracau. Aku tidak menggunakan backspace karena aku tidak tahu apa yang harus aku perbaiki dari tulisan tanpa imaji. Semua ini jatuh dari kepala yang  berdetum padahal kosong. Tidak ada yang indah, tentu saja. Apa yang indah jika imaji mati? 

Tidak ada.


Kamu mengerti apa maksudku,Fil?

1 komentar:

Dwi Ananta mengatakan...

Aku dan hujan sudah seperti belahan jiwa, dia selalu datang membawa kenangan dan imaji yang terkadang malah terlampau liar ^^ Tapi ya, aku menyukai hujan apa adanya ia.