Hai,Langit.
Sudah lama sekali tidak bicara denganmu.
Bagaimana kabarmu? Semakin hari semakin muram,ya?
Hahaha. Maaf Langit. Bulan Desember ini sepertinya aku menang darimu.
Aku tidak kalah dengan hujanmu lagi.
Aku sudah bisa mengadah,
menghadapi rinaimu,
menantang awan abumu.
Aku sudah tahu dibaliknya masih ada yang biru. Masih ada yang cerah. Masih ada lapisanmu yang tenang, yang tak terpengaruh sama sekali dengan hujan.
Dan disanalah kini aku berdiri sebagai pemenang.
Sampai akhirnya aku sadar....
Langit sedang mengolok-olokku.
Hahaha. Sialan kau, Langit. Desember ternyata membawa orang lain masuk, lalu menarik-narik aku supaya jatuh . Apa kau yang menyuruhnya? Karena...ayolah. Hanya kau yang tahu aku pernah mengucap tak mau jatuh lagi. Dan kau pula yang paham bahwa aku ini sebenarnya
pembohong besar.
====
Pintu terketuk, lalu terbuka.
Sosoknya kemudian duduk
mengisi kursi kosong di sudut meja
Ia berbicara, tertawa, bercerita
menyesap habis kopinya tanpa komentar
padahal sudah dingin dan ampasnya hilang
Lalu bertanya, "mau segelas lagi?"
1 Jan 2015
2015
Desember kemarin payah sekali.
Tidak menghasilkan tulisan apa-apa. Bahkan akhirnya menyerah dengan cerbung karena...anjir, lama anet gak dilanjutin sampe lupa sendiri mau gimana.
Payah sekali.
Maunya beralibi laptop yang rusak dan betapa gak enaknya pake laptop adek ini. Tapi ya..... payah sekali.
Sudah tahun 2015.
Tahun ini harus jadi titik balik di akademis. Harus ada perubahan baik, atau kalau bisa perubahan besar. Tahun ini harus bertemu dengan The Great Perhaps. Harus ada hasil dari belajar 3 tahun di SMA. Atau atau, 12 tahun dari SD sampai SMA.
Mimpi. Terwujud. Tahun. Ini.
Saya sudah gagal dengan impian masuk Teknik Geologi. Saya sudah menyerah, atau juga mengalah. Gak tau deh bedanya apa. Tapi sebenernya melepas keinginan dari Teknik Geologi itu atit sekali. Masih rada gak rela. Masih suka mupeng kalau lihat jacketnya.
Ya ampun.
Gue masih pengen menggengam batu-batuan.
....
Tapi ya itu sudah berlalu. Sudah bisa dikontrol. Kepalanya sudah diarahkan untuk tidak terlalu naif. Jadi sekarang ceritanya sedang memantapkan diri untuk memilih dan jatuh cinta dengan Planologi atau PWK.
Bismillahirrahmanirrahim.
Tahun ini mau belajar bener-bener. Sampe kayang jumpalitan roll depan belakang tigersprong. Saya sudah nemu apa makna belajar. Saya sudah tahu apa yang menyenangkan dari Sains dan berusaha berdamai dengannya.
Iya, IPA, sekarang kita temenan. Ayo dong, jangan benci aku lagi, ya?
Tidak menghasilkan tulisan apa-apa. Bahkan akhirnya menyerah dengan cerbung karena...anjir, lama anet gak dilanjutin sampe lupa sendiri mau gimana.
Payah sekali.
Maunya beralibi laptop yang rusak dan betapa gak enaknya pake laptop adek ini. Tapi ya..... payah sekali.
Sudah tahun 2015.
Tahun ini harus jadi titik balik di akademis. Harus ada perubahan baik, atau kalau bisa perubahan besar. Tahun ini harus bertemu dengan The Great Perhaps. Harus ada hasil dari belajar 3 tahun di SMA. Atau atau, 12 tahun dari SD sampai SMA.
Mimpi. Terwujud. Tahun. Ini.
Saya sudah gagal dengan impian masuk Teknik Geologi. Saya sudah menyerah, atau juga mengalah. Gak tau deh bedanya apa. Tapi sebenernya melepas keinginan dari Teknik Geologi itu atit sekali. Masih rada gak rela. Masih suka mupeng kalau lihat jacketnya.
Ya ampun.
Gue masih pengen menggengam batu-batuan.
....
Tapi ya itu sudah berlalu. Sudah bisa dikontrol. Kepalanya sudah diarahkan untuk tidak terlalu naif. Jadi sekarang ceritanya sedang memantapkan diri untuk memilih dan jatuh cinta dengan Planologi atau PWK.
Bismillahirrahmanirrahim.
Tahun ini mau belajar bener-bener. Sampe kayang jumpalitan roll depan belakang tigersprong. Saya sudah nemu apa makna belajar. Saya sudah tahu apa yang menyenangkan dari Sains dan berusaha berdamai dengannya.
Iya, IPA, sekarang kita temenan. Ayo dong, jangan benci aku lagi, ya?
Langganan:
Postingan (Atom)