"Hanya itu yang mau kau bilang? Tidak ada yang lain?", tanyamu seraya mendekat padaku.
"Tidak", suaraku tercekik. Aku sadar itu. Tapi sungguh, cuma itu yang bisa aku eja.
"Baiklah...", katamu kesekian kali, "Oke, aku duluan ya. Makasih, Res".
Kamu berlalu. Berlalu begitu saja. Aku tidak tahu siapa yang melepas siapa. Tapi aku tidak berusaha mengejarmu, justru berharap kamu segera menjauh hingga tidak perlu mendengar sesuatu yang rubuh di dalamku.
Kemarin baru saja aku meyakinkan diri sendiri untuk berhenti. Tapi kemudian kamu muncul, dan menanyakannya. Sungguh ! Siapa yang lebih bodoh sebenarnya? Aku yang sudah dahulu menyerah atau kamu yang baru bertanya?
Kamu baru saja menanyakannya, dan aku mengatakan tidak.